Industri fesyen di Tanah Air kian marak, dan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Melihat hal ini, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) Kementerian Perdagangan Didi Sumedi mendorong merek dan desainer fesyen modest lokal berbenah.
Langkah ini dilakukan guna bisa berkompetisi, sehingga bisa menembus pasar global dan mewujudkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia pada 2024.
“Memperhatikan pasar yang cukup besar diiringi persaingan semakin ketat, tentunya industri, brand, dan desainer Indonesia harus berbenah,” kata Didi seperti dikutip dari Antara.
Menurut Didi, fesyen muslim dan modest di pasar global sangat bervariasi. Ini mempertimbangkan perbedaan selera, budaya masing-masing negara, serta berbagai faktor lainnya.
Industri Fesyen Tingkatkan Marketnya
Lantas baginya, pelaku usaha perlu meningkatkan pemahaman terkait market intelligence negara tujuan ekspor baik dari aspek selera negara tujuan, tren desain, penentuan harga, pemenuhan standar produk, serta regulasi yang berlaku di negara tujuan ekspor.
Selain itu, pelaku usaha juga perlu meningkatkan kemampuan internal seperti penguatan kemampuan bisnis dan kapasitas produksi, serta memperkuat jejaring bisnis.
“Jejaring ini mulai dari jejaring bahan baku, misalnya dengan industri tekstil, jejaring distribusi dan logistik, buyer internasional, ritel domestik dan mancanegara, termasuk juga memiliki jejaring dengan berbagai kalangan pecinta fesyen, komunitas, blogger, serta influencer,” ujar Didi.
Lebih lanjut, Didi mengatakan pelaku usaha juga perlu menyusun strategi promosi dan penetrasi pasar yang tepat termasuk dalam hal pemilihan produk dan pasar, serta aktif dalam berbagai acara fesyen internasional secara berkesinambungan.
“Dalam hal daya saing, pelaku usaha juga dapat memanfaatkan berbagai perjanjian perdagangan yang telah dilakukan oleh Indonesia dengan berbagai negara mitra dagang,” tambah Didi.
Didi menilai Indonesia sebenarnya sudah mampu membuktikan bahwa brand fesyen lokal sudah sangat layak untuk masuk ke pasar internasional, mengingat banyaknya brand fesyen lokal yang berpartisipasi di ajang internasional.
“Ini adalah sinyal baik atau lampu hijau bahwa brand fesyen Indonesia layak masuk ke pasar internasional, sehingga di 2024 nanti kita cukup percaya diri mendeklarasikan bahwa Indonesia adalah kiblat fesyen muslim dunia,” ujarnya.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) dikatakan Didi, benar-benar serius melakukan berbagai upaya mengembangkan industri fesyen, termasuk fesyen modest di Indonesia. Salah satu upayanya adalah melalui Jakarta Muslim Fashion Week (JFMW) yang digelar sejak 2021.
JMFW merupakan program yang terdiri dari berbagai kegiatan, mulai dari kurasi dan pemetaan fesyen muslim Indonesia, inkubasi yang berfokus pada pengembangan produk dan bisnis yang berorientasi pada ekspor, promosi dan pemasaran, serta kolaborasi dan co-branding termasuk dukungan pada berbagai acara promosi fesyen seperti Muslim Fashion Festival (MUFFEST), In2Motion Fest, Jakarta Fashion Week, dan lain-lain.
Pada gelaran tahun 2021, JMFW menampilkan 1.000 koleksi dari 144 brand dan desainer, serta berhasil membukukan transaksi sebesar 13,2 juta dolar AS (sekitar Rp 206,6 miliar) dari 16 negara termasuk Malaysia, Spanyol, Yaman, Portugal, dan Nigeria.
Ke depan, Didi berharap para pemangku kepentingan baik dari swasta, desainer, komunitas, dan industri terkait, serta media, dapat semakin solid dalam berkolaborasi memperkuat ekosistem industri fesyen muslim Indonesia.
“Kami menyadari target deklarasi Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia pada tahun 2024 hanya dapat dicapai dengan upaya bersama dari seluruh pihak,” jelas Didi.
Sekadar catatan, perkembangan bisnis modest fashion pascapandemi begitu berkembang pesat. Dimana modest wear kian meramaikan industri fesyen lokal dengan inovasi dan tentunya bersinergi dengan era digital.
Bahkan situasi pandemi mengarahkan bisnis modest wear ini lebih dekat dengan digitalisasi. Ketika mobilitas dan interaksi langsung masih dibatasi, digital activation menjadi andalan untuk memasarkan dan menjual produk-produk tersebut.
Lantas kondisi ini akan sedikit berbeda pasca-pandemi. Jadi pihak Kemendag mendorong industri lokal untuk terus berbenah lebih baik darim baik itu dari segi kualitas dan kwantitasnya.
Bagi yang ingin terjun dalam industri fesyen modest ada beberapa masukkan dari para ahli, bahwa untuk dapat membuat produk yang tidak hanya bagus menurut pembuatnya, tetapi juga baik untuk penggunanya.
So, bagi siapa saja yang baru akan mulai terjun ke bisnis usaha muslim untuk selalu yakin pada idenya. Ditekankan juga, pebisnis fesyen harus menemukan keunikan dari produk yang dihasilkannya.