Matawanita.net – Masyarakat konsumen di Tanah Air saat ini cenderung memilih untuk berburu sejumlah barang atau produk kategori Non Makanan & Minuman (Non F&B) selama Ramadhan.
Pergerakan konsumen ini kemudian beralih ke kategori non makanan menjelang perayaan Idul Fitri di pusat perbelanjaan.
“Puncak kunjungan ke pusat perbelanjaan pada saat Ramadhan umumnya akan terjadi pada satu hingga dua pekan menjelang Idul Fitri. Pada saat libur atau Idul Fitri, maka konsumen akan beralih ke kategori Makanan dan Minuman (F&B) serta hiburan,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja, seperti dikutip dari Antara.
Alphonzus menjelaskan bahwa saat ini tingkat kunjungan konsumen ke pusat perbelanjaan terus mengalami peningkatan hingga 100 persen. Hal ini terjadi terutama setelah tahun lalu Pemerintah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1 dan mencabut PPKM menjelang tutup akhir tahun 2022.
“Tidak sedikit pusat perbelanjaan yang tingkat kunjungannya telah mencapai 100 persen atau bahkan lebih, bila dibandingkan dengan sebelum pandemi,” ungkapnya.
Ia menambahkan rata-rata tingkat kunjungan pada tahun 2023 diperkirakan akan mengalami peningkatan lebih dari 100 persen atau paling tidak mendekati seperti sebelum masa pandemi.
“Rata-rata tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan pada tahun 2020 yang lalu adalah sekitar 50 persen dan mengalami peningkatan sedikit menjadi sekitar 60 persen pada tahun 2021. Kemudian meningkat mencapai 90 persen pada tahun 2022,” terangnya.
Lebih lanjut Alphonzus mengatakan, setelah pencabutan PPKM dicabut beberapa waktu yang lalu, maka pusat perbelanjaan telah mulai kembali mengadakan berbagai acara dan kegiatan.
“Sudah banyak juga promo belanja yang sebelumnya hampir selama tiga tahun dilarang sehubungan dengan berbagai pembatasan,” jelasnya.
Tahun 2023 merupakan Ramadhan dan Idul Fitri pertama yang berjalan tanpa pembatasan di pusat perbelanjaan akibat pandemi COVID-19. Pemerintah memutuskan untuk mencabut kebijakan PPKM pada 30 Desember 2022 yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan tertuang dalam Instruksi Mendagri Nomor 50 dan 51 Tahun 2022.
Perilaku konsumen adalah tindakan atau keputusan yang diambil oleh konsumen saat membeli suatu produk atau jasa. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen:
- Kebutuhan dan keinginan: Kebutuhan dan keinginan konsumen adalah faktor penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Konsumen akan membeli produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
- Pengalaman sebelumnya: Pengalaman sebelumnya juga dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Konsumen yang pernah memiliki pengalaman positif dengan suatu produk atau merek akan cenderung memilih produk atau merek yang sama di masa depan.
- Pengaruh dari lingkungan: Lingkungan sekitar konsumen juga dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Misalnya, pengaruh dari keluarga, teman, atau iklan dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih produk atau jasa.
- Pengetahuan dan informasi: Pengetahuan dan informasi yang dimiliki konsumen tentang produk atau jasa juga dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup tentang produk atau jasa akan lebih mudah dalam memilih produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.
- Harga: Harga juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Konsumen akan memilih produk atau jasa yang memiliki harga yang sesuai dengan anggaran mereka.
- Kualitas produk atau jasa: Kualitas produk atau jasa juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Konsumen akan memilih produk atau jasa yang memiliki kualitas yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
- Branding dan citra merek: Branding dan citra merek juga dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Konsumen akan memilih produk atau jasa dari merek yang terkenal dan memiliki citra positif di masyarakat.
Dalam melakukan pemasaran, penting bagi perusahaan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang efektif dan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Selama bulan Ramadhan, ada beberapa jenis produk yang cenderung laris terjual, terutama produk yang berkaitan dengan kebutuhan saat berpuasa dan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Beberapa contoh produk laris saat Ramadhan antara lain:
- Makanan dan minuman berbuka puasa: Makanan dan minuman untuk berbuka puasa seperti kurma, jus buah, kolak, es teler, es buah, serta makanan tradisional seperti ketupat, opor ayam, rendang, dan sate kambing.
- Pakaian: Pakaian yang cocok untuk menghadiri acara-acara Ramadhan seperti baju koko, jilbab, dan mukena.
- Kue kering dan snack: Kue kering dan snack untuk hidangan saat berkumpul bersama keluarga dan teman-teman, seperti nastar, putri salju, kacang arab, kerupuk, dan lainnya.
- Parfum dan kosmetik: Parfum dan kosmetik khusus Ramadhan seperti parfum wangi dan tahan lama, serta produk kosmetik untuk wajah dan rambut.
- Hadiah dan hampers: Hadiah dan hampers Ramadhan yang berisi berbagai produk seperti kue, minuman, baju, dan kosmetik yang cocok untuk diberikan kepada keluarga dan teman.
- Alat-alat sholat: Alat-alat sholat seperti sajadah, mukena, dan sarung yang dibutuhkan saat beribadah selama bulan Ramadhan.
Perusahaan dapat memanfaatkan momen Ramadhan untuk membuat promosi dan penawaran khusus untuk produk-produk di atas guna menarik minat konsumen. Namun, perusahaan juga perlu memperhatikan kualitas produk dan pelayanan yang baik agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.