Matawanita.net – Diet keto menjadi salah satu usaha untuk tetap sehat dengan mempertahankan gaya hidup aktif. Namun, kita juuga perlu memperhatikan apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita.
Namun, dengan melakukan diet keto, berdampak pada lingkungan, dengan jejak karbon yang dihasilkan dari berbagai jenis makanan yang berbeda-beda.
Para peneliti di Tulane University di New Orleans telah menghitung jejak karbon dari enam makanan populer, dan membandingkannya dengan nilai nutrisinya.
Diet ketogenik yang populer disebut diet keto, yang mengganti karbohidrat dengan lemak, ditemukan sebagai diet yang paling tidak berkelanjutan, dan memiliki kualitas nutrisi terendah.
Di sisi lain, pola makan vegan ditemukan memiliki jejak karbon terendah, sementara pola makan pescatarian adalah yang terbaik dalam hal nutrisi.
Dalam penelitian yang diterbitkan hari ini di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti berupaya menilai dampak lingkungan dan kualitas nutrisi dari pola makan lengkap, bukan hanya produk makanan individual.
Enam pola makan populer disertakan dalam penelitian ini. Diet tersebut adalah pescatarian (ikan di atas diet vegetarian), vegetarian (tanpa daging, ikan, atau ayam), vegan (tidak ada makanan yang berasal dari hewan), omnivora (pemakan daging), paleo (buah-buahan, sayuran, daging tanpa lemak, ikan, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian), dan keto (mengganti karbohidrat dengan lemak).
Bandingkan Diet Keto dan Paleo
Menurut Dr Diego Rose, penulis senior studi ini, ini adalah studi pertama yang membandingkan jejak karbon dari diet keto dan diet paleo dengan rencana diet lainnya.
Profesor nutrisi ini mengatakan “Kami menduga dampak negatif terhadap iklim karena mereka berpusat pada daging, tapi belum ada yang benar-benar membandingkan semua pola makan ini – karena mereka dipilih oleh individu, bukan ditentukan oleh para ahli – satu sama lain dengan menggunakan kerangka kerja yang sama,” ujarnya seperti dikutip dari Dailymail.
Untuk menilai nilai gizi dari setiap diet, para peneliti menggunakan Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional, yang dijalankan oleh badan kesehatan masyarakat nasional di AS.
Skor kesehatan individu diberikan pada pola makan 16.000 orang dewasa yang disurvei, dan kemudian dirata-ratakan untuk masing-masing dari enam kategori pola makan untuk menghasilkan Indeks Makan Sehat.
Pola makan pescatarian dianggap sebagai yang terbaik (58,76/100), diikuti oleh pola makan vegetarian (51,89/100) dan pola makan vegan (51,65/100).
Sementara itu, diet omnivora mendapat nilai 48,92/100, diet paleo 45,03/100 dan diet keto berada di urutan terakhir dengan nilai 43,69.
Nilai jejak karbon untuk setiap pola makan kemudian dihitung dengan menggunakan data emisi dari penilaian siklus hidup lebih dari 300 komoditas.
Skor diberikan sebagai massa karbon dioksida yang dihasilkan untuk setiap 1.000 kalori yang dikonsumsi oleh orang yang mengikuti diet tersebut.
Jejak Karbon Diet Keto
Hasilnya menunjukkan bahwa diet keto memiliki jejak karbon tertinggi (6,4 pon), diikuti oleh diet paleo (5,8 pon) dan diet omnivora (4,9 pon).
Sebaliknya, pola makan vegan memiliki jejak karbon terendah (1,5 kg), diikuti oleh pola makan vegetarian (2,6 kg) dan pola makan pescatarian (3,7 kg).
Pola makan omnivora, yang tidak memiliki pantangan, sejauh ini merupakan yang paling umum, dan diikuti oleh 86 persen peserta survei.
Namun, jika sepertiga dari mereka beralih ke vegetarian, mereka akan mengurangi emisi yang setara dengan 340 juta mil kendaraan penumpang per hari, menurut penelitian tersebut.
Meskipun, seperti yang diduga, pola makan vegan dan vegetarian berada di urutan pertama dan kedua dalam hal keberlanjutan, pola makan pescetarian justru mengalahkan mereka dalam hal nilai gizi.

Namun, ketiganya masih lebih sehat daripada diet omnivora, keto, dan paleo, dengan dua yang terakhir memiliki skor kualitas diet terendah.
Selanjutnya, Dr Rose ingin menyelidiki bagaimana kebijakan yang berbeda dapat mendorong kebiasaan makan yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
“Perubahan iklim bisa dibilang merupakan salah satu masalah yang paling mendesak saat ini, dan banyak orang yang tertarik untuk beralih ke pola makan nabati. Berdasarkan hasil penelitian kami, hal tersebut akan mengurangi jejak karbon dan secara umum menyehatkan,” katanya.
“Penelitian kami juga menunjukkan bahwa ada cara untuk meningkatkan kesehatan dan jejak karbon Anda tanpa harus berhenti makan daging sama sekali,” jelasnya.
Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa konsumen cenderung tidak akan membeli kemasan daging jika terdapat label dengan ‘pesan yang mempermalukan daging’ dan gambar-gambar yang mengerikan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa memberikan ‘label ramah lingkungan’ pada pilihan menu membuat pengunjung memilih makanan yang lebih berkelanjutan dari restoran yang bisa dibawa pulang.