Matawanita.net – Penggunaan minyak jelantah sangat berbahaya bagi kesehatan, mulai dari meningkatkan risiko kanker hingga menjadi sumber berbagai penyakit lainnya seperti obesitas. Hal ini dikatakan oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M. Agr.
Minyak jelantah merupakan minyak goreng bekas yang telah dipakai dalam menggoreng makanan.
Minyak jelantah biasanya mengandung zat-zat kimia dan karsinogenik seperti asam lemak trans, peroksida, polisiklik aromatik hidrokarbon, dan senyawa yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker dan penyakit jantung.
Penggunaan minyak jelantah yang berulang kali dan terus-menerus dalam menggoreng makanan dapat menimbulkan berbagai efek buruk pada kesehatan seperti meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan berbagai penyakit kronis lainnya.
Karena itu, sebaiknya minyak jelantah tidak digunakan kembali dalam menggoreng makanan dan segera dibuang setelah dipakai.
“Selain meningkatkan risiko kanker, minyak jelantah juga bisa menjadi sumber munculnya berbagai penyakit seperti infeksi bakteri, obesitas, hingga penyakit degeneratif,” kata Sedarnawati seperti dikutip dari Antara.
Ia menjelaskan, minyak jelantah dapat menjadi media penyerapan radikal bebas yang akan ikut terserap ke dalam makanan yang digoreng.
Zat tersebut kemudian akan menjadi karsinogen penyebab kanker yang akan menyerang sel tubuh seseorang yang mengonsumsi makanan tersebut.
Penelitian para ahli dari University of the Basque Country di Spanyol menunjukkan minyak jelantah mengandung senyawa organik aldehid yang dapat berubah menjadi zat karsinogen yang memicu penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, alzheimer, dan parkinson.
Sedarnawati juga mengatakan, minyak goreng yang sudah dipakai berkali-kali juga menjadi sarang untuk perkembangbiakan berbagai jenis bakteri.
“Bakteri tersebut hidup dan berkembang dengan memakan remah-remah sisa gorengan yang mengendap di minyak jelantah atau yang menempel pada wajan,” ujar Sedarnawati.
Selain itu, minyak jelantah juga mengandung kadar kalori dan lemak trans yang akan terus meningkat. Ini lah yang akan memicu obesitas, yang akhirnya dapat berujung pada berbagai komplikasi serius seperti diabetes atau penyakit jantung.
Di samping aspek kesehatan, Sedarnawati yang juga merupakan auditor senior Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) itu mengatakan, minyak jelantah juga perlu dicermati aspek kehalalannya.
Menurutnya, risiko mengonsumsi minyak jelantah yang tidak halal menjadi lebih tinggi ketika masyarakat membeli gorengan dari para penjaja makanan yang belum bersertifikat halal,
“Pedagang jenis ini umumnya menggunakan minyak jelantah yang dibeli dari restoran kemudian dimurnikan kembali. Memang lebih hemat, namun sangat diragukan kehalalannya, karena tidak diketahui minyak goreng tersebut sebelumnya digunakan untuk menggoreng makanan halal atau tidak,” jelas Sedarnawati.
“Jika minyak goreng di restoran tadi digunakan untuk memasak makanan yang tidak halal, maka jelantahnya juga menjadi tidak halal,” lanjutnya.
Untuk itu, ia pun mengingatkan masyarakat untuk selalu membeli minyak goreng yang telah bersertifikat halal, kemudian hindari gunakan minyak goreng secara berulang-ulang.
“Maksimal penggunaan cukup dua sampai tiga kali penggorengan sambil dicermati perubahan warnanya,” katanya.
Kemudian, ia menambahkan, hindari membeli minyak goreng jelantah yang tidak jelas sumbernya dan jika ingin membeli gorengan, pastikan pedagangnya menggunakan minyak goreng yang bersertifikat halal dan bukan minyak jelantah.
Meski begitu minyak jelantah bisa dimanfaatkan dan memiliki manfaat lain:
- Mengurangi pencemaran lingkungan: Dengan mengelola minyak jelantah dengan baik, seperti mengumpulkannya untuk didaur ulang, maka akan mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan minyak jelantah yang sembarangan.
- Menghemat biaya: Dengan mendaur ulang minyak jelantah, maka dapat menghemat biaya pembelian minyak baru dalam proses penggorengan.
- Mendorong keberlanjutan lingkungan: Daur ulang minyak jelantah juga merupakan tindakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan, karena dapat mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan.
Namun, perlu diingat bahwa minyak jelantah yang sudah terkontaminasi oleh bahan kimia atau bahan-bahan berbahaya lainnya, sebaiknya tidak diolah ulang atau digunakan kembali untuk alasan kesehatan dan keselamatan.
Minyak jelantah sebenarnya tidak dapat digunakan untuk keperluan apa pun karena telah tercemar oleh zat-zat berbahaya yang dihasilkan dari penggorengan ulang yang tidak sehat. Oleh karena itu, sebaiknya minyak jelantah tidak digunakan lagi untuk menggoreng makanan atau untuk keperluan lainnya.
Namun, jika Anda memiliki minyak jelantah yang terbuang, sebaiknya Anda mengumpulkannya dan membuangnya dengan aman. Salah satu cara yang paling aman untuk membuang minyak jelantah adalah dengan mengumpulkannya dalam wadah tertutup dan membuangnya di tempat sampah yang sesuai atau mengirimkannya ke pusat daur ulang minyak jelantah.
Penting untuk diingat bahwa minyak jelantah yang terbuang sembarangan dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan. Oleh karena itu, selalu pastikan untuk membuang minyak jelantah dengan benar.