Matawanita.net – Penyakit gangguan jantung menjadi momok serius bagi kehidupan manusia, terutama ibu hamil.
Ibu hamil yang memiliki gangguan jantung bisa berisiko pada bayi stunting.
Seorang Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Pediatrik dr. Aditya Agita Sembiring, Sp.JP(K) menjelaskan, ibu hamil yang mengalami penyakit jantung dapat menimbulkan risiko bayi stunting.
“Jantungnya nggak kuat memompa ke seluruh tubuh, apalagi ke janin, akibatnya nutrisinya ke janin jadi berkurang. Meskipun terjadi di trimester terakhir tapi pengaruhnya dalam memberikan risiko masih tinggi,” ujar Aditya, seperti dikutip dari Antara, Kamis (2/3/2023).
Penyakit jantung pada ibu hamil, terus dikaji penyebabnya. Menurut Aditya, meski saat pemeriksaan dan skrining di awal kehamilan tampak baik, ternyata ini bisa muncul pada saat trimester akhir kehamilan.
Dijelaskan juga oleh Aditya, ibu hamil yang mengalami penyakit jantung tidak hanya berisiko melahirkan bayi stunting, tapi juga dapat berbagai penyakit gangguan lain seperti preeklamsia.
Untuk diketahui, preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, ini dapat membahayakan nyawa ibu dan janin yang dikandung.
“Tekanan darah yang tinggi mengakibatkan aliran darah ke sirkulasi janin berkurang. Maka anak akan lahir kecil, itu sudah stunting. Dari janin sudah stunting. Istilahnya begitu,”jelasnya.
Guna menghindari kondisi tersebut, Aditya menyarankan agar para ibu hamil rutin melakukan kontrol ke dokter terlebih jika sudah didiagnosis mengalami gangguan jantung.
“Jadi kita hanya butuh waktu tersebut, supaya terkontrol gejalanya dan pompanya maksimal, janinnya tetap dapat suply darah yang bagus,”jelasnya.
Gangguan jantung pada ibu hamil adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin.

Beberapa jenis gangguan jantung yang dapat terjadi pada ibu hamil antara lain:
- Kelainan jantung bawaan: Beberapa ibu hamil mungkin memiliki kelainan jantung bawaan yang tidak diketahui sebelumnya. Kelainan jantung ini dapat meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan.
- Penyakit jantung: Ibu hamil yang menderita penyakit jantung sebelum hamil atau yang didiagnosis selama kehamilan dapat mengalami komplikasi seperti gagal jantung, gangguan irama jantung, dan tekanan darah tinggi.
- Perubahan fisiologis: Selama kehamilan, terjadi perubahan fisiologis pada tubuh ibu yang dapat mempengaruhi jantung. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke janin, plasenta, dan organ ibu yang sedang berkembang. Jika jantung tidak mampu menangani beban tambahan ini, maka gangguan jantung dapat terjadi.
Beberapa gejala yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan gangguan jantung antara lain sesak napas, nyeri dada, kelelahan, pusing, dan pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki.
Pengobatan untuk gangguan jantung pada ibu hamil akan tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gangguan jantung. Dokter mungkin akan merekomendasikan obat-obatan untuk mengontrol tekanan darah atau irama jantung, atau dalam kasus yang parah, tindakan operasi mungkin diperlukan.
Sebagai tindakan pencegahan, sebaiknya ibu hamil menjaga pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur sesuai dengan arahan dokter, dan menghindari konsumsi alkohol dan merokok. Ibu hamil juga sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala yang mencurigakan.
Sekadar informasi, Stunting pada bayi terjadi ketika bayi mengalami kurang gizi atau malnutrisi selama periode pertumbuhan yang kritis, yaitu pada usia di bawah 2 tahun.
Stunting dapat menyebabkan dampak jangka panjang pada kesehatan dan perkembangan anak, termasuk penurunan IQ, masalah kesehatan kronis, dan kesulitan dalam berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
Berikut adalah beberapa langkah pencegahan bayi stunting dikutip dari berbagai sumber:
- Pemberian ASI eksklusif: Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat membantu mencegah stunting. ASI mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
- Pemberian makanan pendamping ASI yang tepat: Setelah 6 bulan, bayi perlu diberi makanan pendamping ASI yang tepat dan bergizi. Makanan pendamping ASI yang tepat harus mengandung semua nutrisi yang diperlukan oleh bayi dan tidak boleh terlalu padat atau terlalu encer.
- Pemberian makanan yang sehat dan bergizi: Memberikan makanan yang sehat dan bergizi selama pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat penting untuk mencegah stunting. Makanan harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
- Peningkatan akses ke air bersih dan sanitasi yang baik: Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh air dan sanitasi yang buruk dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan menyebabkan stunting. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa bayi memiliki akses ke air bersih dan sanitasi yang baik.
- Perhatikan status gizi bayi secara teratur: Memantau status gizi bayi secara teratur dapat membantu mengidentifikasi risiko stunting sejak dini dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
- Pendidikan dan dukungan untuk ibu: Ibu perlu mendapatkan pendidikan dan dukungan untuk memberikan nutrisi yang tepat dan sehat bagi bayinya. Ini dapat dilakukan melalui konseling gizi, program pendidikan kesehatan, dan dukungan dari keluarga dan masyarakat.