Perundungan pada anak, atau yang sering disebut sebagai bullying, merupakan tindakan agresi yang dilakukan secara terus-menerus oleh satu atau sekelompok anak terhadap anak lainnya yang dianggap lebih lemah atau tidak berdaya.
Bentuk perundungan dapat beragam, termasuk pelecehan verbal, fisik, sosial, dan psikologis.
Perundungan dapat memiliki dampak yang sangat merugikan bagi kesejahteraan mental, emosional, dan fisik anak yang menjadi korban.
Anak yang mengalami perundungan dapat mengalami kecemasan, depresi, dan stres yang berkepanjangan, serta masalah kesehatan lainnya seperti gangguan tidur dan makan. Dalam beberapa kasus yang ekstrem, perundungan dapat menyebabkan trauma dan bahkan menyebabkan bunuh diri.
Psikolog klinis anak dan keluarga Putu Andini mengatakan anak yang melakukan tindakan perundungan di sekolah biasanya berkaitan dengan kurangnya perhatian di mana kebutuhan emosional anak tidak terpenuhi.
“Semua kasus perundungan yang tampak di luar, di dalam ada kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi. Anak-anak yang jadi korban maupun pelaku terlihat ada masalah di luar, ada emotional needs yang tidak terpenuhi,” ucapnya dalam gelar wicara di Jakarta, Jumat.
Kebutuhan emosional yang dimaksud adalah jika anak tidak mendapatkan perhatian dari lingkungan terdekatnya termasuk orang tua, dan menemukan cara melampiaskan perasaannya di media sosial.
Ia mengatakan, perundungan daring yang marak saat ini karena dunia digital mengubah “medan permainan” perundungan yang dulu langsung secara fisik, sekarang dipermudah dengan akses yang mampu dijangkau anak-anak.
Psikolog lulusan Universitas Udayana Bali ini mengatakan keterlibatan anak dalam perilaku perundungan online bisa dipicu karena orang tua yang kurang terlibat dalam mengawasi anak mereka secara daring.
“Jika dibiarkan, dampak perundungan online bisa memengaruhi anak hingga usia dewasa, baik bagi pelaku maupun korban,” ucapnya.
Putu menambahkan, pengaruh dari perundungan daring ini sangat besar efeknya tergantung dari intensitas perilaku yang didapatkan.
Dari perilaku perundungan daring, anak bisa mempersepsikan dirinya sebagai korban yang selalu salah dan bisa memengaruhi pembentukan karakter pribadinya kelak.
“Kalau bully diterima terus ia akan melihat dirinya negatif terus, merasa dia tidak bisa, tidak mampu, menarik diri dari sekolah dan paling parah kalau tidak dapat support bisa bunuh diri atau melukai diri sendiri,” ucap Putu.
Persepsi ini tidak hanya terbentuk dari satu kejadian perundungan online yang dialami, namun bisa juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pemberitaan yang tidak ramah anak.
Dalam upaya melindungi anak dari perundungan daring, Putu mengatakan orang tua harus beradaptasi dengan dunia digital.
Jika anak sudah bisa mengakses gawai, orang tua bisa ikut mengawasi konten apa yang bisa diakses anak, memperhatikan siapa saja teman sepermainannya, serta membangun hubungan yang sehat antara orang tua dan anak.
“Harapannya ketika edukasi diberikan, promosikan hubungan yang sehat antara orang tua dan anak agar kebutuhan emosi terpenuhi, kalau merasa terabaikan, kurang didengar, kurang waktu dengan orang tua anak akan merasa kosong dan akan melampiaskan ke hal yang salah,” ucap Putu.
Perundungan atau bullying pada anak dapat memiliki dampak yang serius dan berkepanjangan pada kesehatan mental dan emosional anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah perundungan pada anak. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:
- Bicarakan dengan anak tentang pentingnya menghormati orang lain. Ajarkan anak untuk selalu memperlakukan orang lain dengan cara yang baik dan tidak memojokkan atau mengejek orang lain.
- Beri contoh dan arahan. Orang tua dapat memberikan contoh positif dalam memperlakukan orang lain, serta memberikan arahan kepada anak tentang bagaimana harus bertindak jika melihat ada seseorang yang diperlakukan tidak adil atau merasa tertindas.
- Dorong anak untuk melaporkan tindakan perundungan. Anak-anak yang diperundung sering merasa takut atau malu untuk melaporkan tindakan tersebut. Oleh karena itu, dorong anak untuk mengatakan pada orang dewasa yang dapat dipercaya jika mereka mengalami perundungan.
- Berikan dukungan emosional. Jangan menganggap remeh perasaan anak yang menjadi korban perundungan. Berikan dukungan emosional kepada anak, dengarkan keluhannya, dan bantu dia mengatasi rasa takut dan malu.
- Beri pengawasan pada kegiatan online anak. Orang tua harus memantau aktivitas online anak dan mengajari anak tentang pentingnya penggunaan internet yang aman dan bertanggung jawab.
- Ajarkan anak untuk menghargai perbedaan. Ajarkan anak untuk menghargai perbedaan antara diri mereka dan orang lain, termasuk perbedaan kepercayaan, budaya, dan orientasi seksual.
Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, orang tua dan pengasuh dapat membantu mencegah perundungan pada anak dan memastikan bahwa anak merasa aman dan terlindungi.